Oleh: mpi3ums | 17 November 2009

Sinergitas dalam Dakwah: Suatu Keharusan

(Sebuah Renungan)

oleh: Andy Setyawan

Coba tengok pertandingan sepakbola. Seorang pelatih (kalau di Liga Inggris disebut manajer), harus meracik skuadnya dengan seimbang. Setiap pos punya keahlian tersendiri. Goalkeeper harus punya reaksi dan insting penyelamatan yang sempurna untuk menjaga agar gawangnya tetap “perawan”. Centre back harus punya kedisiplinan, kekokohan, dan kemampuan membaca serangan lawan secara jeli. Wing back harus punya gocekan lihai dan kecepatan berlari yang prima untuk maju membantu penyerangan dari sisi lapangan, sekaligus mundur dengan cepat untuk mendukung centre back ketika diserang.

Defend midfielder harus punya fisik kuat untuk mencegah lawan masuk daerah pertahanan, sekaligus kontrol sempurna untuk membangun dan menjaga irama permainan, dan bahkan visi agar bisa membagi bola. Attack midfielder harus punya kejeniusan dan kreatifitas untuk menciptakan serangan yang efektif dan berbahaya. Wing midfielder harus punya akurasi untuk memberi umpan silang kepada striker, sekaligus kecepatan pergerakan untuk melakukan “tusukan” dan membongkar sisi pertahanan lawan. Sedangkan striker harus punya naluri membunuh yang tajam untuk menggelontorkan gol-golnya ke gawang lawan.

Dan semua itu harus disinergikan dan diracik dengan sangat jeli; kelebihan dan kekurangan saling menutup dan menyempurnakan untuk membangun kekuatan tim yang menakutkan dan tak terkalahkan.

Begitu pula dengan dunia kerja. Direktur, manajer, hingga para staf harus bersinergi saling melengkapi.

Terlebih dunia dakwah. Tak ada orang yang bisa mengerjakan semua. Sehingga pembagian kerja dakwah berdasarkan potensi tiap personil harus dilakukan. Kaum pemikir harus bisa merumuskan teori-teori dakwah hingga terobosan-terobosan dakwah agar gemanya semakin luas, di saat yg sama harus terus mengkaji problem2 “anyar” dan membentengi orisinalitas Islam dari rongrongan pemikiran luar yg merusak. Penguasa publikasi dan ahli tulis-menulis harus mensosialisasi setiap pemikiran yg ditelurkan oleh kaum pemikir. Para figur publik dan sosok murabbi harus bisa merangkul seluruh lapisan masyarakat. Orator ulung harus bisa memberikan pencerahan dan menggerakkan masa untuk tujuan dakwah jangka panjang, bukan semangat (perang) sesaat. Dan mereka yg punya kelebihan tenaga fisik, harus mengerjakan pekerjaan teknis dan aksi di lapangan dg penuh keikhlasan (ikhlash) dan kesungguhan (mujahadah).

Ketika semuanya bersinergi, tidak ada alasan untuk mengatakan kita tidak kuat. Tapi kenyataannya, saat ini kita lemah. Maka kita perlu bertanya: Sudahkah kita bersinergi??? So, sinergi itu wajib, kawan!!!

 


Tinggalkan komentar

Kategori